Skip to main content

Kunci Sukses Fundraising Eliminasi TB

By 8 Februari 2024April 5th, 2024Artikel

Jakarta (7/2/2024). Komunitas daerah atau OMS lokal lebih berpotensi dalam mendapatkan dukungan pendanaan terutama dari perusahaan multinasional. Mereka justru memilih OMS/LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) lokal karena dianggap lebih dekat, lebih menguasai medan, dan lebih memahami masalah daerah tersebut. Pernyataan menarik ini terkuak dalam diskusi rangkaian program Accelerate (Advancing Community Consortium Efforts to Leverage and Advocate TB Elimination). Dalam webinar ke-6 yang diadakan oleh Lokadaya dan Penabulu Foundation didukung oleh UNOPS ini mengangkat tema “Penggalangan dana publik dalam eliminasi TB”.

Ahmad Faqih General Manager Resources Mobilization Dompet Dhuafa, menjelaskan mengenai strategi penggalangan dana publik. Sedangkan, Amin Sudarsono dari Qalamul Umran Indonesia memaparkan tentang dukungan publik untuk eliminasi TB.

Berdasarkan laporan World Giving Index 2023, Indonesia adalah negara paling dermawan di dunia. Selama 6 kali berturut-turut Indonesia menempati predikat tersebut. “Mudah-mudahan ini peluang untuk kita dan bisa mengoptimalisasi penggalangan dana dalam penanganan TB”, ujar Faqih.

Seperti diketahui bersama, bahwa para pasien TBC memiliki beban finansial yang juga harus dihadapi karena produktivitas mereka yang jelas berkurang. Selain itu, beban pasien TB menjadi bertambah karena keterbatasan anggaran pemerintah dalam penanganan TB. Hal ini tentu menjadi dasar para OMS/LSM dan komunitas lokal untuk tergerak membantu sesama dengan mencari donasi guna meringankan beban mereka.

Menurut Ahmad Faqih, kunci sukses fundraising meliputi:

  • Penguatan program (edukasi, dukungan nutrisi, rumah singgah dan pemberdayaan ekonomi)
  • Layanan kemudahan (pemberian fasilitas, semakin mudah akses masyarakat dalam berdonasi maka semakin besar pula keberhasilan fundraising tersebut)
  • Sosialisasi kepada publik (dapat dioptimalisasi melalui media sosial)
  • Layanan donatur (semakin erat hubungan dengan donatur, maka semakin loyal pula para donatur tersebut)

Perlu diketahui bersama, alasan orang mau berdonasi ke suatu lembaga, selain karena perintah agama (internal), tetapi juga ada faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu network effect dan story effect. Hal ini tentu mewajibkan OMS/LSM untuk mengoptimalisasi kemampuan (aset) mereka. Sedangkan, aset fundraising yang harus dikuatkan meliputi brand value, portofolio program, flagship program (penguatan program yang paling diminati) dan tagline campaign.

Di Dompet Dhuafa, tidak ada campaign yang secara spesifik menangani eliminasi TB. Mereka sadar bahwa program ini kurang diminati masyarakat.  Oleh karena itu, Dompet Dhuafa memasukkan TB dalam intervensi kesehatan secara umum (program kesehatan). “Program TB kurang dilirik masyarakat, mereka mungkin lebih mengikuti kasus kebencanaan seperti pasca gempa Cianjur, penanganan Covid, dan lain-lain”, tambah Faqih

Saking dermawannya orang Indonesia, mereka selalu menyisihkan recehan di dompet kecil ataupun dasbor mobil. Menurut Amin Sudarsono, hal ini menandakan bahwa masyarakat kita selalu siap sedia untuk memberikan sumbangan. Amin juga menjabarkan sumber penggalangan dana di dalam yayasan Qalamul Umran. Empat sumber fundraising mereka yaitu melalui zakat, infak, wakaf dan responsif kemanusiaan.

Diskusi menarik ini dapat diakses secara menyeluruh di kanal youtube Lokadaya. (*ari)