Jakarta (20/06/2025). Kaderisasi merupakan proses penting dalam mepertahankan eksistensi sebuah organisasi. Jika sebuah organisasi mampu mempertahankan kaderisasi lembaganya, maka dipastikan lembaga tersebut tidak akan terjadi krisis kepemimpinan. “Banyak OMS dulunya eksis, tapi sekarang tertatih-tatih karena krisis kepempinan ini,” ujar Andi Iskandar Harun, yang masih setia menemani di Kyutri serial Kepemimpinan Angkatan Muda di OMS. Tema pada pertemuan kedua adalah “Kaderisasi Pemimipin Muda”. Acara ini diadakan oleh Jejaring Lokadaya dan Sadaya, serta didukung oleh Uni Eropa melalui program Co-Evolve 2.
Kaderisasi itu diasumsikan sebagai upaya organisasi untuk mengaktualisasikan potensi manusia sesuai ideologi yang dimiliki, termasuk pengetahuan, sikap kepemimpinan dan keterampilan berorganisasi. Jadi, sudah seharusnya setiap lembaga wajib memiliki kerangka kaderisasi yang jelas.
Di dalam konteks kaderisasi di OMS ini mencakup 3 hal penting, yaitu:
- Recruitmen dan pembinaan serta pengembangan anggota untuk menjadi pemimpin masa depan
- Transfer nilai kepemimpinan dan manajemen kepada anggota
- Keberlangsungan organisasi sangat bergantung pada seberapa serius para pengurus melaksanakan proses kaderisasi ini.
Iskandar menekankan manfaat kaderisasi utamanya adalah memastikan keberlanjutan organisasi tersebut. Selain itu kaderisasi dijadikan ruang transfer pengetahuan antar senior dengan junior.
Generasi muda dianggap sebagai agen perubahan, mereka membawa perspektif segar dan inovasi serta potensi besar menjadi pemimpin masa depan. Rata-rata anak jaman now suka aksi kolektif, kerja tim atau kolaborasi. Mereka senang berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik. “Selain itu, mereka juga dianggap berani dalam mengambil resiko”, terang Iskandar di sela-sela presentasinya.
Namun, ada juga tantangan dalam kepemimpinan muda yang perlu diperhatikan, diantaranya:
- Kesenjangan generasi
- Kesiapan mental dan emosional
- Keterbatasan pengalaman
Menurut Iskandar, metode kaderisasi yang tepat harus menggunakan pendekatan yang sesuai serta mencari moment yang pas. “Jangan hanya asal melakukan recruitmen tapi nilai-nilai kepemimpinan tidak ditanamkan,” tambah Iskandar. Kalau generasi sekarang membuktikan kapasitasnya, pasti generasi sebelumnya dengan bangga akan menyerahkan estafet kepemimpinannya. “Biasanya mereka (senior) enggan melaksanakan kaderisasi karena tidak tahu kapasitas juniornya,” lanjut Mas Is, sapaan akrab Iskandar.
Pada akhir diskusi ada pernyataan menarik dari perwakilan peserta. “Kaderisasi yang berhasil itu biasanya berasal dari institusi militer dan OMS yang duitnya banyak”. Tentu moderator dan narasumber tergelitik dalam menanggapi pernyataan ini. Mas Is menanggapi bahwa institusi militer biasanya sudah memiliki proses kaderisasi yang terpola, konsisten dilakukan dan memiliki support yang besar. Kalau OMS kita membandingkan dengan kaderisasi militer, maka perlu pendanaan yang mapan dan besar. “Pemerintah kalau mau kaderisasi abdi negara militer dia harus membuat sekolah kedinasan dulu,” pungkas mas Is sembari tersenyum.
Serunya sesi menarik ini dapat diakses secara menyeluruh di kanal Youtube Lokadaya. (*ari)