Jakarta (25/11) — Jejaring Lokadaya dan Yayasan Pujiono Centre Indonesia mengadakan seri pelatihan Mobilisasi Sumber Daya Lokal Berbasis Pengelolaan Risiko Bencana secara daring. Pelatihan Sesi Tematik VI tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) ini diadakan pada Jum’at (14/11) melalui Zoom Meeting.
Berdasarkan pemetaan oleh BNPB, menunjukkan rata-rata hampir 70 persen sekolah di Indonesia terletak di daerah rawan bencana alam dengan ancaman yang berbeda, diantaranya rawan gempa bumi, tsunami, dan erupsi gunung berapi.
Safe School Project Manager Yayasan Plan International Indonesia Enos Ndapareda menjelaskan bencana berdampak besar ke satuan pendidikan. Bencana yang terjadi juga berulang. Pola tersebut membawa kemungkinan dampak yang ditimbulkan juga berulang. Sehingga seharusnya masyarakat sudah bisa belajar dari pengalaman sebelumnya supaya dapat mengurangi dampak bencana.
Maka SPAB diperlukan. Sekolah perlu menerapkan standar sarana dan prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana. “SPAB berkontribusi pada pengurangan risiko bencana, mempersiapkan warga sekolah menghadapi situasi darurat, dan membantu satuan pendidikan untuk pulih dari bencana,” ujar Enos.
Lebih lanjut, Enos menjelaskan bahwa SPAB sebagai salah satu bentuk dari pemenuhan hak setiap anak di Indonesia untuk memperoleh kehidupan yang aman dari bencana selama menempuh pendidikan di sekolah. Selain itu SPAB juga memastikan guru-guru dan pegawai juga aman dan nyaman di sekolah.
Lokus SPAB tidak hanya di sekolah-sekolah negeri saja. Pada konteks satuan pendidikan, ada 3 komponen penting, yaitu sekolah formal, nonformal, dan informal. “SPAB bisa diterapkan juga di madrasah, pesantren, PKBN, kelompok-kelompok PAUD. Hanya perlu penyesuaian metode dan pelaksanaannya antara sekolah formal, nonformal, dan informal.” Katanya.